RIYAN ADITYA

Takut akan kegagalan seharusnya tidak menjadi alasan untuk tidak mencoba sesuatu

 
readME

Jika Anda dapat memimpikannya, Anda dapat melakukannnya

Other things

under CONSTRUCTION

Other things

under CONSTRUCTION

Other things

under CONSTRUCTION

Other things

under CONSTRUCTION

PERENCANAAN KARIER
Selasa, 27 Mei 2008
Pekerjaan (occupation, vocation, career) merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau sampai menjadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang mengalami stres dan frustrasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Penelitian Levinson (dalam Isaacson, 1985) menunjukkan bahwa komponen terpenting dari kehidupan manusia dewasa adalah: (1) keluarga, dan (2) pekerjaan. Dua komponen tersebut sangat menentukan kebahagian hidup manusia, sehingga tidak mengherankan jika masalah pekerjaan dan keluarga praktis menyita seluruh perhatian, energi, dan waktu orang dewasa.


Dalam perkembangannya, sejalan dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi dewasa ini, bimbingan karier merupakan salah satu bidang bimbingan yang telah berhasil mempelopori pemanfaatan teknologi informasi, dalam bentuk cyber counseling.


Sementara itu, dalam perspektif pendidikan nasional, pentingnya bimbingan karier sudah mulai dirasakan bersamaan dengan lahirnya gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, berawal dari kebutuhan penjurusan siswa di SMA pada waktu itu. Selanjutnya, pada tahun 1984 bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum 1984, bimbingan karier cukup terasa mendominasi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan dan pada tahun 1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling dalam Kurikulum 1994, bimbingan karier ditempatkan sebagai salah bidang bimbingan.


Sampai dengan sekarang ini bimbingan karier tetap masih merupakan salah satu bidang bimbingan. Dalam konsteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan diintegrasikannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) dalam kurikulum sekolah, maka peranan bimbingan karier sungguh menjadi amat penting, khususnya dalam upaya membantu siswa dalam memperoleh kecakapan vokasional (vocational skill), yang merupakan salah jenis kecakapan dalam Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).


Menurut Herr dan Cramer (dalam Isaacson, 1985) pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial, dan psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan/uang yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih dihargai oleh masyarakat daripada orang yang menganggur.


Secara social orang yang bekerja mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada yang tidak bekerja. Lebih jauh lagi orang yang memiliki pekerjaan secara psikologis akan meningkatkan harga diri dan kompetensi diri. Pekerjaan juga dapat menjadi wahana yang subur untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki individu.

Pekerjaan tidak serta merta merupakan karier. Kata pekerjaan (work, job, employment) menunjuk pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa (Isaacson, 1985); sedangkan kata karier (career) lebih menunjuk pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya (Winkel, 1991). Maka dari itu pemilihan karier lebih memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang dari pada kalau sekedar mendapat pekerjaan yang sifatnya sementara waktu.

Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.

Tahap-tahap Perkembangan Karier

Menurut Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma (1951) perkembangan karier dibagi menjadi 3 (tiga) tahap pokok, yaitu:

Tahap Fantasi : 0 – 11 tahun (masa Sekolah Dasar)

Tahap Tentatif : 12 – 18 tahun (masa Sekolah Menengah)

Tahap Realistis : 19 – 25 tahun (masa Perguruan Tinggi)


Pada tahap fantasi anak sering kali menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah besar, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dll. Mereka juga senang bermain peran (misalnya bermain dokter-dokteran, bermain jadi guru, bermain jadi polisi, dll) sesuai dengan peran-peran yang mereka lihat di lingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau perankan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau tontonan maupun tokoh-tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Maka tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang mereka sebut masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Mereka memang asal sebut saja pekerjaan yang dirasa menarik saat itu. Dalam hal ini orang tua dan pendidik tidak perlu cemas atau pun gelisah jika suatu ketika anak ternyata menyebut atau menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orang tua atau pun pendidik. Dalam tahap ini anak belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan secara rasional dan obyektif, karena mereka belum mengetahui bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya. Mereka sekedar berfantasi saja secara bebas, yang sifatnya sama sekali tidak mengikat.


Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) sub tahap, yakni: (1) sub tahap Minat (Interest); (2) sub tahap Kapasitas (Capacity); (3) sub tahap Nilai (Values) dan (4) sub tahap Transisi (Transition). Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang lebih berminat di bidang seni, sedangkan yang lain lebih berminat di bidang olah raga. Demikian juga mereka mulai sadar bahwa kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampu dalam bidang matematika, sedang yang lain dalam bidang bahasa, atau lain lagi bidang olah raga.


Pada sub tahap minat (11-12 tahun) anak cenderung malakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja; sedangkan pada sub tahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai (15-16 tahun) anak sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) anak sudah mampu memikirkan atau "merencanakan" karier mereka berdasarkan minat, kamampuan dan nilai-nilaiyangingindiperjuangkan.

Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap reasiltis, di mana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu pada tahap realistis seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karier secara lebih rasional dan obyektif. Tahap realistis dibagi menjadi 3 (tiga) sub-tahap, yakni sub-sub tahap (1) eksplorasi (exploration), (2) kristalisasi (chystallization), dan spesifikasi/penentuan (specification).

Pada sub tahap eksplorasi umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karier tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah pada karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Akhirnya, pada sub tahap spesifikasi remaja sudah mampu mengambil keputusan yang jelas tentang karier yang akan dipilihnya.


Dalam buku edisi revisinya Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa proses pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari bahwa faktor peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena "tidak ada lowongan", maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud.


Tokoh lain yang banyak membahas masalah perkembangan kerier adalah Donald Super. Ia menulis banyak buku yang berkaitan dengan pengembangan karier. Beberapa di antaranya adalah: The Psychology of Career (1957), dan Career and Life Development (1984). Ia juga menyusun beberapa tes untuk menilai tingkat kematangan vokasional, a.l.: Carrer Development Inventory, Career maturity Test, dan Vocational Maturity Test.


Menurut Super perkembangan karier manusia dapat dibagi menjadi 5 (lima) fase, yaitu: (1) fase pengembangan (Growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun. Dalam fase ini anak mengembangkan bakat-bakat, minat, kebutuhan, dan potensi, yang akhirnya dipadukan dalam struktur konsep diri (self-concept structure); (2) fase eksplorasi (exploration) antara umur 16-24 tahun, di mana saat ini remaja mulai memikirkan beberapa alternatif pekerjaan tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat; (3) fase pemantaban (establishment), antara umur 25 – 44 tahun. Pada fase ini remaja sudah memilih karier tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negatif dari pekerjaannya. Dengan pengalaman yang diperoleh ia lalu bisa menentukan apakah ia akan terus dengan karier yang telah dijalani atau berubah haluan. (4) fase pembinaan (maintenance) antara umur 44 – 65 tahun, di mana orang sudah mantab dengan pekerjaannya dan memeliharanya agar dia bertekun sampai akhir; (5) fase kemunduran (decline), masa sesudah pensiun atau melepaskan jabatan tertentu. Dalam fase ini orang membebaskan diri dari dunia kerja formal.


Pemaparan dua tokoh di atas, Ginzberg dan Donald Super, memberi petunjuk yang jelas bagi kita bahwa karier adalah permasalahan sepanjang hidup. Maka ada pepatah yang mengatakan bahwa karier itu merupakan persoalan sejak lahir sampai mati 'from the birth unto the death' atau 'from the womb to tomb' (dari kandungan sampai kuburan). Sekarang sampailah pada persoalan pokok, yakni bagaimanakah membantu anak-anak untuk sejak dini merencanakan karier mereka di masa depan?


Program Bimbingan Karier di Sekolah Dasar

Pada tahun 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, melalui Direktorat Pendidikan Dasar, telah menerbitkan buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Siswa di Sekolah Dasar dalam rangka pelaksanaan Kurikulum tahun 1994. Dalam buku pedoman itu disebutkan bahwa isi layanan bimbingan di Sekolah Dasar ada tiga, yaitu: (1) bimbingan pribadi-sosial, (2) bimbingan belajar, dan (3) bimbingan karier. Jadi jelaslah bahwa secara formal dan legal program bimbingan karier harus sudah diberikan sejak usia sekolah dasar. Hal ini sangat sesuai dengan teori perkembangan karier dari Ginzberg maupun Donald Super yang telah dibahas terdahulu.


Lebih jauh dijelaskan secara rinci pada buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan tersebut mengenai isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (kelas 1,2, dan 3) maupun untuk kelas-kelas tinggi (kelas 4,5, dan 6) sebagai berikut:
Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas rendah (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal. 16-17)

a) Mengenalkan perbedaan antar kawan sebaya;

b) Menggambarkan perkembangan diri siswa;

c) Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupan sesuai dengan tuntutan lingkungan;

d) Mengenalkan ketrampilan yang dimiliki siswa;

e) Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekolah;

f) Menggambarkan kegiatan setelah tamat SD;

g) Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang dilakukan orang dewasa;

h) Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik;

i) Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan itu masih dapat berubah;

j) Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapat direncanakan sejak sekarang;

k)Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyak peran;

l) Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan kecakapannya,


Isi bimbingan karier untuk kelas-kelas tinggi (dikutip dari Pedoman BP-SD, 1994, hal.19-20)
a) Menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yang berhasil;

b) Melatih siswa menggambarkan kehidupan di masa yang akan datang;

c) Membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita dan pria;

d) Menjelaskan jenis-jenis ketrampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu;

e) Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia kira-kira 25 tahun kelak;

f) Membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidup dan pengaruhnya;

g) Menjelaskan tentang pengaruh nilai yang dianut dalam pengambilan keputusan;

h) Membimbing siswa untuk memperkirakan bahwa meneladan tokoh panutan dapat mempengaruhi karier;

i) Melatih siswa merencanakan pekerjaan apa yang cocok pada masa dewasa;

j) Membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruh pekerjaan orang terhadap kehidupan anak;

k) Melatih siswa melihat hubungan antara minat dan kemampuan;

l) Mengenalkan bermacam-macam cara untuk menilai kemajuan prestasi;

m) Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar.


Materi bimbingan karier yang disebutkan di atas merupakan sekedar panduan. Guru setempat dapat menggunakannya sebagai acuan yang tetap terbuka untuk disesuaikan dengan situasi kondisi setempat. Sebaiknya contoh-contoh diambil dari lingkungan sekitar yang kongkrit dan mudah ditangkap oleh anak. Materi bimbingan karier sebenarnya dapat disusun sendiri asalkan mempertimbangkan fase-fase perkembangan karier seperti yang dirumuskan oleh Ginzberg dan Donald Super. Selanjutnya untuk tingkat Sekolah Menengah (SLTP dan SMU/SMK) materi bimbingan karier dapat dilihat pada buku pedoman BP untuk jenjang sekolah yang bersangkutan, atau disusun sendiri oleh guru BP yang kompeten.


Pelaksanaan Bimbingan Karier di Sekolah

Setelah memahami materi bimbingan karier yang harus diberikan di SD, maka langkah selanjutnya adalah menentukan waktu, tempat, teknik, dan sistem penilaian Bimbingan Karier.
Mengenai waktu pelaksaan bimbingan karier dapat diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang sudah ada, atau pun menyediakan jam khusus untuk keperluan bimbingan karier ini. Untuk tingkat SD kiranya lebih praktis jika bimbingan karier diintegrasikan dengan jam-jam pelajaran yang tersedia. Jika cara ini yang dipilih, maka semua guru kelas dan semua guru bidang studi sekaligus menjadi guru bimbingan karier. Dalam setiap pelajaran yang diberikan, guru dapat menyelipkan berbagai macam hal yang berkaitan dengan pekerjaan/jabatan/karier anak-anak di masa mendatang, disesuaikan dengan tahap perkembangan karier anak. Kalau ada tenaga khusus untuk Bimbingan Karier, maka penyediaan jam khusus akan sangat bermanfaat.

Tempat pelaksanaan bimbingan karier dapat di mana saja, misalnya di dalam kelas, di luar ruangan, atau di tempat kerja yang sesuai dengan topik yang yang dibahas. Penentuan tempat juga bergantung pada fasilitas yang dibutuhkan. Jika dibutuhkan gambar-gambar, film, atau video, barangkali lebih cocok menggunakan ruang audio visual kalau memang ada. Atau jika ingin memperkenalkan pekerjaan di sektor industri, maka pabrik menjadi tempat yang mungkin cocok.

Teknik pelaksanaan juga dapat bermacam-macam, secara kelompok atau secara individual, tergantung dari kebutuhan dan tujuan. Dapat jiga dengan cara alih tangan (referal), artinya minta bantuan orang lain yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan bimbingan karier. Demikian juga metode dan peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan topik pembicaraan dan tingkat perkembangan anak.

Sistem evaluasi untuk bimbingan karier dapat dilaksanakan dalam berbagai cara, misalnya: (1) mengevaluasi apakah pelaksanaan Bimbingan Karier sudah sesuai dengan yang direncanakan, (2) apakah tujuan tercapai, (3) apakah terjadi perubahan dalam diri siswa, dan lain-lain.


Pekerjaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, maka perlu direncanakan secara matang. Program Bimbingan Karier bertujuan untuk membantu anak dalam merencanakan karier di masa mendatang, agar karier yang dipilih sungguh sesuai dengan bakat, minat, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Jika orang memperoleh karier yang tepat, maka hidup orang akhirnya akan bahagia. Dan kebahagiaan adalah tujuan hidup semua orang. Oleh sebab itu bimbingan karier sejak usia dini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tugas pendidik

posted by RIYAN ADITYA @ 04.10   0 comments
KEPRIBADIAN MENURUT GOLONGAN DARAH

Tentu kita tau bahwa ada 4 pembagian Golongan Darah, yaitu Golongan Darah: A, B, O, AB. Di Jepang, ramalan ttg seseorang lebih ditentukan oleh golongan darah daripada zodiak atau shio.

Kenapa?
Katanya, golongan darah itu ditentukan oleh protein-protein tertentu yang membangun semua sel di tubuh kita dan oleh karenanya juga menentukan psikologi kita. Benar apa tidak?SIFAT SECARA UMUM

A
terorganisir, konsisten, jiwa kerja-sama tinggi, tapi selalu cemas (krn perfeksionis) yg kadang bikin org mudah sebel, kecenderungan politik: “destra”

B
nyantai, easy going, bebas, dan paling menikmati hidup, kecenderungan politik: “sinistra”

O
berjiwa besar, supel, gak mau ngalah, alergi pada yg detil, kecenderungan politik: “centro”

AB
unik, nyleneh, banyak akal, berkepribadian ganda, kecenderungan politik

BERDASARKAN URUTAN

Yg paling gampang ngaret soal waktu:
1. B (krn nyantai terus)
2. O (krn flamboyan)
3. AB (krn gampang ganti program)
4. A (krn gagal dalam disiplin)

Yg paling susah mentolerir kesalahan org :
1. A (krn perfeksionis dan narsismenya terlalu besar)
2. B (krn easy going tapi juga easy judging)
3. AB (krn asal beda)
4. O (easy judging tapi juga easy pardoning)

Yg paling bisa dipercaya :
1. A (krn konsisten dan taat hukum)
2. O (demi menjaga balance)
3. B (demi menjaga kenikmatan hidup)
4. AB (mudah ganti frame of reference)

Yg paling disukai utk jadi teman :
1. O (orangnya sportif)
2. A (selalu on time dan persis)
3. AB (kreatif)
4. B (tergantung mood)

Kebalikannya, teman yg paling disebelin/tidak disukai:
1 B (egois, easy come easy go, maunya sendiri)
2 AB (double standard)
3 A (terlalu taat dan scrupulous)
4 O (sulit mengalah)

MENYANGKUT OTAK DAN KEMAMPUAN

Yg paling mudah kesasar/tersesat
1 B
2 A
3 O
4 AB

Yg paling banyak meraih medali di olimpiade olah raga:
1 O (jago olah raga)
2 A (persis dan matematis)
3 B (tak terpengaruh pressure dari sekitar. Hampir seluruh atlet judo, renang dan gulat jepang bergoldar B)
4 AB (alergi pada setiap jenis olah raga)

Yg paling banyak jadi direktur dan pemimpin
1 O (krn berjiwa leadership dan problem-solver)
2 A (krn berpribadi “minute” dan teliti)
3 B (krn sensitif dan mudah ambil keputusan)
4 AB (krn kreatif dan suka ambil resiko)

Yg jadi PM jepang rata2 bergolongan darah
1 O (berjiwa pemimpin)

Mahasiswa Tokyo Univ pada umumnya bergol darah : B

Yg paling gampang nabung :
1 A (suka menghitung bunga bank)
2 O (suka melihat prospek)
3 AB (menabung krn punya proyek)
4 B (baru menabung kalau punya uang banyak)

Yg paling kuat ingatannya
1 O
2 AB
3 A
4 B

Yg paling cocok jadi MC :
1 A (kaya planner berjalan)

MENYANGKUT KESEHATAN

Yg paling panjang umur :
1 O (gak gampang stress, antibodynya paling joss!)
2 A (hidup teratur)
3 B (mudah cari kompensasi stress)
4 AB (amburadul)

Yg paling gampang gendut
1 O (nafsu makan besar, makannya cepet lagi)
2 B (makannya lama, nambah terus, dan lagi suka makanan enak)
3 A (hanya makan apa yg ada di piring, terpengaruh program diet)
4 AB (Makan tergantung mood, mudah kena anoressia)

Paling gampang digigit nyamuk :
O (darahnya manis)

Yg paling gampang flu/demam/batuk/ pilek
1 A (lemah terhadap virus dan pernyakit menular)
2 AB (lemah thd hygiene)
3 O (makan apa saja enak atau nggak enak)
4 B (makan, tidur nggak teratur)

Apa yg dibuat pada acara makan2 di sebuah pesta :
O (banyak ngambil protein hewani, pokoknya daging2an)

A (ngambil yg berimbang. 4 sehat 5 sempurna)

B (suka ambil makanan yg banyak kandungan airnya spt
soup, soto, bakso dsb)
AB (hobby mencicipi semua masakan, “aji mumpung”)

Yg paling cepat botak :
1 O
2 B
3 A
4 AB

Yg tidurnya paling nyenyak dan susah dibangunin :
1 B (tetap mendengkur meski ada Tsunami)
2 AB (jika lagi mood, sleeping is everything)
3 A (tidur harus 8 jam sehari, sesuai hukum)
4 O (baru tidur kalau benar2 capek dan membutuhkan)

Yg paling cepet tertidur
1 B (paling mudah ngantuk, bahkan sambil berdiripun bisa tertidur)

2 O (Kalau lagi capek dan gak ada kerjaan mudah kena ngantuk)
3 AB (tergantung kehendak)
4 A (tergantung aturan dan orario)

Penyakit yg mudah menyerang :
A (stress, majenun/linglung)
B (lemah terhadap virus influenza, paru-paru)
O (gangguan pencernaan dan mudah kena sakit perut)
AB (kanker dan serangan jantung, mudah kaget)

Apa yg perlu dianjurkan agar tetap sehat :
A (Krn terlalu perfeksionis maka nyantailah sekali-kali, gak usah terlalu tegang dan serius)
B (Krn terlalu susah berkonsentrasi, sekali-kali perlu serius sedikit, meditasi, main catur)
O (Krn daya konsentrasi tinggi, maka perlu juga mengobrol santai, jalan-jalan)
AB (Krn gampang capek, maka perlu cari kegiatan yg menyenangkan dan bikin lega).

Yg paling sering kecelakaan lalu lintas (berdasarkandata kepolisian)
1 A
2 B
3 O
4 AB

Benar atau salah itu tergantung pembaca masing2 , jangan terlampau di hayati

posted by RIYAN ADITYA @ 04.02   0 comments
BIMBINGAN KELOMPOK
A. Pendahuluan
Diera sekarang ini bimbingan konseling sangatlah dibutuhkan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Dalam program bimbingan dan konseling irtu sendiri ada berbagai layanan-layanan yang diantaranya (1) pengumpulan data mengenai diri siswa (2) pemberian informasi mengenai pendidikan, pekerjaan, dan sosial budaya siswa yang dapat membantu siswa kelak di masa depan (3) konseling, yang memberikan bantuan khusus kepada siswa yang mempunyai masalah secara individual maupun kelompok(4) penempatan dalam program pendidikan dan pekerjaan yang sesuai (5) penilaian terhadap keberhasilan program yang diikuti dengan kegiatan tindak lanjut berupa perbaikan dan pengembangan program bimbingan selanjutnya
Dalam pemberian layanan tersebut dapat digunakan melalui dua teknik yaitu teknik bimbingan individual dan teknik bimbingan kelompok. Dalam artikel ini akan lebih di fokuskan membahas tentang mengenai pengertian serta teknik-teknik bimbingan kelompok. Tujuan yaitu agar pembaca mengetahui apa yang dimaksud dengan bimbingan kelompok itu sendiri serta mengetahui teknik-teknik bimbingan kelompok.

B. Pengertian Bimbingan Kelompok
Sebelum pembahasan tentang bimbingan kelompok itu sendiri alangkah lebih baiknya kita mengetahui apa itu pengertian bimbingan secara umum. Berdasarkan kajian para ahli mengenai definisi bimbingan yang ditulis para ahli , misalnya Mortensen dan Schmuller (1964), Pietrofesa(1980), Shertzer dan Stone (1981), dapat disimpulkan bahwa bimbingan dapat diartikan “suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan seorang ahli yang telahmedapat latihan khusus untuk itu, dan dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya dan linkungannya, dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan dapat mengembangkan dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat”.
Setelah kita mengetahui pegertian bimbingan kita juga memerluka pengertian kelompok. Kata kelompok rasanya sudah tidak asing lagi bagi kita dan konsep definisi kelompok itu sendiri setiap individu berbeda. Berikut ini pengertian bimbingan kelompok menurut Webster(1973), yaitu “kelompok adalah dua atau lebih benda atau orang yang membentuk pola atau suatu unit pola; suatu kesatuan orang atau benda-benda yang membentuk suatu unit terpisah, suatu himpunan, suatu persatuan, suatu kumpulan objek yang mempunyai hubungan, kesamaan, atau sifat-sifat yang sama”.Pegertian bimbingan kelompok proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu ditujukan pada situasi kelompok dimana anggota yang mengikuti suatu bantuan tersebut lebih dari dua orang dengan tujuan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.

C. Teknik-Teknik Bimbingan Kelompok

Dalam bimbingan kelompok pada dasarnya sama bimbingan yang lain pada umumnya, salah satu prinsipnya yaitu penggunaan teknik-teknik. Berikut ini terdapat 6 Teknik bimbingan kelompok diantaranya

1. Teknik Pemberian Informasi (Ekspositori Tecniques)

Teknik pemberian informasi sering juga disebut dengan metode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Sebenarnya pemberian informasi tidak hanya diberikan secara lisan, tetapi juga dilakukan secara tertulis dan dapat dilakukan dengan berbagai media, misalnya papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman (tape recorder), selebaran, video dan film.
Dalam pelaksanaan teknik pemberian informasi mencakup tahap, yaitu tahap perencanaan, terdapat tiga langkah yang perlu diperhatikan, yaitu (a) merumuskan tujuan yang hendak dicapai dengan pemberian informasi itu; (b) menentukan bahan yang akan diberikan apakah berupa fakta, konsep ataukah generalisasi; (c) menentukan contoh-contoh yang tepat sesuai bahan yang diberikan . tahap selanjutnya yaitu tahap pelaksanaan, penyajian materi yang disampaikan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Apabila tujuannya untuk mengajarkan fakta maka, maka tugas pemberi informasi adalah membuat bahan itu berarti sehingga mudah diingat oleh siswa atau pendengar.

2. Teknik Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, di bawah pimpinan seorang pemimpin. Menurut Bloom (dalam Bennett,1963) diskusi kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah, yang didasarkan pada sejumlah data, bahan-bahan, dan pengalaman-pengalaman di mana masalah ditinjau selengkap dan sedalam mungkin.

Teknik diskusi kelompok mempunyai tujuan,
menurut Dinkmeyer dan Muro (1971) tiga macam tujuan diskusi kelompok, yaitu:

a. Untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri.
b. Untuk mengembangkan kesadaran tentang diri dan orang lain.
c. Untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan manusia.

menurut Jacobsen, Eggen, Kauchak, dan Dulaney (1985) tujuan diskusi, yaitu:

a. Mengembangkan keterampilan-keterampilan kepemimpinan.
b.
Merangkum pendapat-pendapat kelompok.
c. Mencapai suatu konsensus.
d. Menjadi pendengar yang aktif.
e. Mengatasi perbedaan-perbedaan dengan tepat.
f. Mengembangkan keterampilan keterampilan memparafrase.
g. Mengembangan keterampilan belajar mandiri.
h. Mengembangkan keterampilan-keterampilan menganalisis, mensintesis, dan menilai.

Dalam pelaksanaan diskusi, ada tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Pada tahap perencanaan, fasilitator melaksanakan lima macam hal, yaitu :
a. Merumuskan tujuan diskusi.
b. Menentukan jenis diskusi, apakah diskusi kelas, diskusi kelompok-kelompok kecil atau diskusi panel.
c. Melihat pengalaman dan perkembangan siswa, apakah memerlukan pengarahan-pengarahan yang jelas, tugas yang sederhana, dan waktu diskusi yang lebih pendek, atau sebaliknya.
d. Memperhitungkan waktu yang tersedia untuk kegiatan diskusi.
e. Mengemukakan hasil yang diharapkan dari diskusi, misalnya rangkuman, kesimpulan atau pemecahan masalah.

Pada tahap pelaksanaan, fasilitator memberikan tyugas yang harus didiskusikan, waktu yang tersedia untuk mendiskusikan tugas itu, dan memberitahu cara melaporkan tugas, serta menunjuk pengamat diskusi jika diperlukan.
Pada tahap penilaian fasilitator meminta pengamat melaporkan hasil pengamatannya, memberikan komentar mengenai proses diskusi, dan membicarakan kepada kelompok.

3. Teknik Pemecahan Masalah (Problem Solving Techniques)

Teknik pemecahan masalah (problem solving techniques) yaitu suatu proses yang kreatif dimana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinya dan lingkungannya dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan menilai hidupnya.
Langkah-langkah pemecahan masalah.
a. Identifikasi dan rumusan masalah
.
Dalam poin ini, masalah sebaiknya dirumuskan secara jelas karena kelompok yang mempunyai masalah, lokasinya, waktu, dan perubahan yang diinginkan dengan jelas sehingga mempermudah pemecahannya. Apabila masalah merupakan masalah kelompok, rumusan masalah dapat dilakukan bersama-sama.
b. Menentukan sebab-sebab masalah
.

Setelah merumuskan masalah dengan jelas langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi sebab-sebab masalah. Untuk menentukan luasnya masalah, harus mengumpulkan data yang berhubungan dengan masalah tersebut. Data yang terkumpul kemudian dipilah-pilahkan, mana yang menjadi pendorong pemecahan masalah dan menghambat pemecahan masalah. Data yang yang mendorong pemecahan masalah diidentifikasi mana yang membantu, demikian juga hal-hal yang menghambat diidentifikasi mana yang paling menghambat pemecahan masalah.

c. Mencari alternatif pemecahan masalah

Setelah sumber masalah dan sebab masalah sudah ditemukan, data yang dapat mendorong mendorong pemecahan masalah sudah terkumpul, langkah selanjutnya adalah menentukan beberapa alternative pemecahan masalah. Masing-masing anggota diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Dari pendapat yang bermacam-macam itu dibuat dua atau tiga alternatif pemecahan masalah.

d. Menguji masing-masing alternative

Ada beberapa tahap memilih alternatif masalah, tahap pertama mengambil alternatif-alternatif yang tepat adalah mengambil keputusan mana dari alternatif-alternatif tersebut yang dipilih kelompok. Pemilihan alternatif itu dibuat dengan cara menguji keuntungan dan kelemahan-kelemahan masing-masing alternatif. Setelah alternatif dipandang tepat, yaitu alternatif yang dipandang sedikit mempunyai kelemahan dipilih, pilihan tersebut kemudian dilaksanakan. Tahap kedua yaitu penilaian setelah cara itu dilaksanakan, diadakan penilaian terhadap hasilnya. Penilaian itu dilakuakn dengan melihat apakah ada kesenjangan antara masalah yang dirumuskan dengan pelaksanaan pemecahan masalahnya atau tidak. Apabila masih ada kesenjangan, maka msalahnya ditinjau ulang dengan langkah-langkah yang sama.

4. Teknik Permainan Peranan (Roleplaying)

Menurut Bennett (1963) permainan peranan yaitu suatu alat belajar yang mengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi yang parallel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya.
Macam-macam permainan peranan yaitu;

a. Sosiodrama

Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar sosial. Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik yang tidak mendalam yang tidak menyangkut gangguan kepribadian. Langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama yaitu:

  • Persiapan. Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang akan disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan Tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan yang akan dimainkan.
  • Membuat skenario sosiodrama.
  • Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yangn akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat dilakukan secara sukarela.
  • Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut menjadi pemain. Tugas kelompok penonton yaitu untuk mengobservasi pelaksanaan permainan dan hasilnya didiskusikan.
  • Pelaksanaan sosiodrama. Pemain yang sudah menyiapkan diri diberi kesempatan untuk berdiskusi beberapa menit untuk menyiapkan pemegang perannya. Setelah selesai bru pemain memainkan perananannya sesuai dengan imajinasinya.
  • Evalausi dan diskusi. Setelah permainan selesai diadakan diskusi mengenai permainan berdasarkan diskusi dan tanggapan penonton. Diskusi daiarahkan untuk membicara mengenai tanggapan mengenai para pemain membawakan perannya sesuai dengan cirri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya.
  • Ulangan permainan. Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan permainan atau tidak.
b. Psikodrama

Menerut Corey (1985) psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan konsep pada dirinya, menyatakan kebutuhannya-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya.
Komponen utama psikodrama:

  • Panggung permainan
  • Pemimpin psikodrama
  • Pemegang peran utama(protagonist)
  • Peran pembantu.
Langkah-langkah pelaksanaan psikodrama:
  • Tahap persiapan. Tahap persiapan dilakukan untuk memotivasi anggota kelompok agar mereka siap beerpartisipasi secara aktif dalam permainan, menentukan tujuan permainan, menciptakan perasaan aman dan salaingf percaya pada kelompok.
  • Tahap diskusi. Dalam pelaksanaan tediri dari kegiatan dimana pemain utama dan pemain pembantu memperagakan permainannya. Dengan bantuan pemimpin kelompok dan anggota kelompok lain pemeran utama memperagakan masalahnya.
  • Tahap diskusi. Dalam tahap diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan, para anggota kelompok diminta untuk memberikan tanggpan dan sumbangan pikiran terhadap permainan yang dilakukan oleh pemeran utama.
5. Permainan simulasi (simulation games)
Menurut Adams(1973) permainan simulasi yaitu permainan yang dimaksudkan untuk merefleksi situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan sebenarnya. Tetapi situasi itu hamper selalu dimodifikasi, apakah dibuat lebih sederhana, atau diambil sebagian, atau dikeluarkan dari konteksnya
Cara membuat permainan simulasi
  • Meneliti masalah yang banyak dialami anak, terutama menyangkut bidang pendidkan dan social.Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam permainan itu
  • Membuat daftar atau sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membantu penyelesaian topik yang akan dikerjakan.
  • Memilih situasi dalam kehidupan sebenarnyan yang ada kaitannya dengan kehidupan siswa.
  • Membuat model atau scenario dari situasi-situasi yang sudah dipilih.
  • Identifikasi apa saja dan berapa orang yang akan terlibat dalam permainan tersebut. Pemegang peran apa saja sangat diperlukan dan apa peran masing-masing.
  • Membuat alat permainan simulasi, misalnya beberan simulasi, kartu pesan, kartu yang berisi kegiatan yang harus dilakukan untuk mengisi kegiatan selingan, dsb.
Cara melaksanakan permainan simulasi, sebelum pelaksanan permainan simulasi dilaksanakan konselor menentukan peserta simulasi yang tergolong sbb:

  • Fasilitator, yaitu individu yang bertugas memimpin permainan simulasi. Tugas fasilitator yaitu menjelaskan tujuan permainan, mendorong pemain dan penonton untuk aktiof ikut berdiskusi, membantui memecahkan masalah yang timbul selama permainan, menjawab pertanyaan yang tidak bias dijawab oleh peserta lain, mengarahkan diskusi, dan memberikan tugas penulis untuk mencata hasil diskusi dan melaporkan hasilnya.
  • Penulis, bertugas mencatat segala sesuatu yang terjadi selama permainan berlangsung.
  • Pemain yaitu individu-individu yang memegang peran tanda bermain dan menjawad dan mendiskusikan pesan-pesan permainan simulasi.
  • Pemegang peran yaitu individu yang berperan sebagai orang-orang atau tokoh-tokoh yang ada pada skenarion permainan.
  • Penonton yaitu mereka yang menyaksikan permainan simulasi dan berhak mengemukakan pemndapat, menjawab pertanyaan dan diskusi.
Setelah permainan penentuan pemain maka dilaksanakan permaina dengan langkah-langkah sbb:

  • Menyediakan alat permainan beserta kelengkapannya.
  • Fasilitator menjelaskan tujuan permainan dan yang menjadi fasilitaor yaitu suru, konselor dan wali kelas.
  • Menentukan pemain, pemegang peran dan penulis.
  • Menjelaskan aturan permainan
  • Bermain dan berdiskusi.
  • Menyimpulkan hasil diskusi setelah seluruh permainannya selesai dan mengemukakan masalah-masalah yang belum sempat diselesaiakan pada saat itu.
  • Menutup permainan serta menentukan waktu dan tempat bermain berikutnya.
------Demikian sebuah jabaran singkat mengenai bimbingan kelompok semoga bemannfaat-------
posted by RIYAN ADITYA @ 03.07   1 comments
RIYAN ADITYA

Kepemimpinan adalah Anda sendiri dan apa yang Anda lakukan

CATATANku
Archives
Links
Powered by

BLOGGER

© 2008 RIYAN ADITYA